Pondok Cacing Tasikmalaya

Pondok Cacing Tasikmalaya Budidaya Cacing Lumbricus Rubbelus

17/01/2021

Sedia Cacing Sutra, Silahkan hubungi A Iwan
HP. 0831-2372-4557

28/11/2020

Yang perlu Cacing Lumbricus (Ekor kuning) bisa menghubungi A Pupung.
WA: +6285793775714

Pondok Cacing Tasikmalaya merupakan salah satu peternak cacing Lumbricus di KOTA TASIKMALAYA. Kami menggunakan bahan ter...
26/09/2020

Pondok Cacing Tasikmalaya merupakan salah satu peternak cacing Lumbricus di KOTA TASIKMALAYA. Kami menggunakan bahan terbaik, alami, & steril dalam mengembangbiakkan cacing kami.

No Chemicals Addictive 🚫🚫
Apalagi yang perlu diragukan?

Yang Minat Langsung order saja 🍺
Sekedar info aja,
Pondok Cacing Tasikmalaya buka setiap hari :
Senin : 09.00-14.00
Selasa : 09.00-14.00
Rabu : 09.00-14.00
Kamis : 09.00-14.00
Jum'at : LIBUR
Sabtu : 09.00-14.00
Ahad : LIBUR

Contact Us for more details
PONDOK CACING TASIKMALAYA

📣•Follow, Subscribe, & Like•📣
Youtube : Pupuk Organik Ponsak
Facebook : Pupuk Organik Ponsak
Facebook Fanpage : Cacing Tasikmalaya
☎️Whatsapp : +6281222844482

Catch with us at :
Sambong Girang
Mangkubumi Kota Tasikmalaya






















Bismillaah... Hari ini 6 September 2020 mulai kembali ternak Cacing di tempat yang baru. Semoga Cacingnya nyaman dan cep...
06/09/2020

Bismillaah... Hari ini 6 September 2020 mulai kembali ternak Cacing di tempat yang baru.
Semoga Cacingnya nyaman dan cepat berkembang Biak. Aamiin

Silaturahmi ke tempat Cacing Akar Bumi Bandung
06/09/2020

Silaturahmi ke tempat Cacing Akar Bumi Bandung

Silaturahmi di Villa Cacing Arjasari Bandung
05/09/2020

Silaturahmi di Villa Cacing Arjasari Bandung

17/06/2020

Contoh Media dalam beternak Cacing tanah, diantaranya adalah:
1.Log Jamur, adalah limbah hasil budidaya jamur. Saat ini kami menggunakannya sebagai media utama, karena log jamur memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan media lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan cacing.
2.Tanah, namun bukan sembarang tanah, usahakan tanah yang mengandung banyak unsure hara. Biasanya terdapat pada tanah humus.

3.Gergajian Kayu, limbah hasil gergajian, cukup bermanfaat namun perlu dicampurkan air terlebih dahulu.

4.Cacahan Batang Pisang, yakni menggunakan Btang yang telah dicacah namun biasanya juga ditambahkan tanah.

*Persiapkan makanan yang dibutuhkan*

Macam-macam makanan yang diberikan untuk Cacing, diantaranya :
a. Limbah Organik Rumah Tangga
Limbah rumah tangga contohnya adalah nasi yang sudah basi, kulit buah, sayuran yang tidak termakan, kupasan kulit kentang, wortel, bawang, batang kangkung dll.

b. Limbah Organik Home Industri
Limbah Home industry contohnya log jamur , limbah di pasar tradisional, limbah kulit buah, limbah hasil dapur rumah makan dll

c. Limbah Organik Peternakan
Limbah peternakan seperti kotoran Sapi, Kambing, Ayam dengan catatan diberi air terlebih dahulu agar tidak panas, atau bias diberikan prebiotik agar tidak bau.

d. Limbah Organik Lingkungan
Limbah dari dedaunan yang gugur bias langsung diberikan dan juga bias dikompos terlebih dahulu

Cara pemberian pakan ada tiga cara antara lain diberikan secara langsung, dibusukkan terlebih dahulu dan difermentasi terlebih dahulu, fermentasi berarti memberikan “tetes tebu” untuk meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan

* Pengadaan indukan cacing*
Pengadaan indukan, biasanya dibeli langsung dari peternak cacing itu sendiri, hal ini lebih baik dibandingkan mencari sendiri di alam, karena kemampuan berkembang biak tidak bagus dan kadang tidak biasa beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

* Lakukan perawatan rutin
Perawatan yang dimaksud dengan, pemberian pakan secara rutin minimal seminggu sekali tetapi akan lebih baik jika dilakukan setiap hari. Selain itu banyak beberapa hama yang mengganggu proses budidaya, diantaranya adalah semut, kutu tanah, orong-orong, rayap, tikus, kadal, katak, tokek, dll. Langkah membasmi hama antara lain :
Jaga kebersihan lingkungan
Antisipasi semut : dengan kapur semut, cairan odol, baygon
Antisipasi tikus/kadal : jedingan ditutup dengan kasa/jaring
Antisipasi Kutu tanah : fermentasi media

Hatur Nuhun kana kasumpinganna
30/10/2019

Hatur Nuhun kana kasumpinganna

30/09/2019

Copas dri artikel nya OCSBY

Air cucian beras. Limba rumah tangga (sisa sayur, sisa masakan, buah, makanan, dll). Molase / gula merah. Ember tempat menampung limbah. Plastik besar untuk menutup ember.

Cara pembuatan :

Haluskan semua bahan limbah (bisa dengan blender/pencacah atau yang lainnya, semakin kecil/halus semakin baik).Masukkan semua bahan limbah kedalam ember proses.Masukan juga air cucian beras kedalam ember proses.Aduk rata dan tutup, simpan selama 4 hari. (bila proses benar limbah ini tidak berbau busuk, akan tetapi berbau asam)Setelah 4 hari, saring dan pisahkan bagian padat dan bagian cair.Bagian padat untuk kita proses menjadi pakan cacing sedangkan bagian cair kita akan proses untuk menjadi Pupuk Organik Cair (POC).Bagian padat kita campur dengan bekatul/dedak dengan perbandingan 1 : 1 sampai dicapai keadaan lembab (bila diperas sudah tidak keluar airnya tetapi kalo dipegang terasa basah).Setelah tercampur rata masukkan kedalam wadah/ember dan di tutup rapat dengan plastik (proses anaerob).Diamkan proses fermentasi anaerob ini paling cepat selama 24 jam, setelah itu pakan fermentasi ini siap diberikan pada cacing.Apabila produksi pakan ini banyak dalam sekali proses, maka dapat dikemas kedalam kantong2 plastik dan disajikan sesuai porsi pemberian pakan masyarakat cacing kita, sehingga fermentasi anaerob tetap terjaga.

1 ember cat sya pakai 5 tutup botol Aqua molase, 2liter air cucian beras, 2tutup botol Aqua POC dri hasil fermentasi kemarin,

Klo berhasil 2hri bisa langsung berhasil n bau asam manis seperti tape,,

11/09/2019
11/09/2019

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usaha taninya. Ketergantungan ini disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan karakteristik pupuk anorganik, antara lain kandungan unsur hara yang relatif tinggi dan penggunaan yang relative praktis, meskipun sebenarnya petani menyadari harga pupuk anorganik lebih mahal. Kondisi ini semakin terasa dengan semakin naiknya harga sarana produksi pertanian, terutama pupuk organik. Namun proses pengomposan secara alami untuk mendapatkan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama dan dianggap kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat. Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan pupuk organik kini ditemukan beberapa aktivator yang dapat mempercepat proses pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik lebih terjamin.

Kompos Cacing Tanah

Kompos cacing tanah atau terkenal dengan casting yaitu proses pengomposan juga dapat melibatkan organisme makro seperti cacing tanah. Kerjasama antara cacing tanah dengan mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan mikroorganisme, tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut karena bahan-bahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih dahulu oleh cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme lebih efektif dan lebih cepat. Hasil dari proses vermikomposting ini berupa casting. Ada juga orang mengatakan bahwa casting merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting
tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk.

Mengenal Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan hewan verteberata yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 60 – 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan organik merupakan dua faktor yang sangat poenting. Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 – 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius. Cacing yang dapat mempercepat proses pengomposan sebaiknya yang cepat berkembang biak, tahan hidup dalam limbah organik, dan tidak liar. Dari persyaratan tersebut, jenis cacing yang cocok yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Pheretima asiatica. Cacing ini hidup dengan menguraikan bahan organik. Bahan organik ini menjadi bahan makanan bagi cacing. Untuk memberikan kelembaban pada media bahan organik, perlu ditambahkan kotoran ternak atau pupuk kandang. Selain memberikan kelembaban, pupuk kandang juga menambah karbohidrat, terutama selulosa, dan merangsang kehadiran mikroba yang menjadi makanan cacing tanah.

Memperoleh Bibit Cacing

Dalam pembuatan casting, penyediaan bibit cacing merupakan hal yang utama. Bibit ini dapat diperoleh di peternak cacing. Dengan membeli di peternak, cacing yang diperoleh telah jelas jenis, umur dan beratnya. Di peternak, bibit cacing dijual per kilogram. Dalam membeli cacing tersebut, perlu disediakan wadah untuk membawanya. Wadah ini dapat berupa wadah plastik yang biasanya juga untuk budidaya cacing. Wadah ini kemudian diisi media (biasanya dari peternak) lalu diisi cacing yang telah ditimbang. Untuk mengurangi sinar matahari, wadah ditutup dengan potongan batang pisang.

Cara Pembuatan
Ada dua cara pembuatan casting. Cara pertama, dalam cara ini perlu dipersiapkan mengenai cacingnya, bahan yang dikomposkan, dan lokasi pengomposan. Setelah semuanya disiapkan, tinggal proses pengomposan.

– Pengadaan cacing tanah
Jumlah cacing yang diperlukan belum ada patokan. Ada yang menggunakan pedoman bahwa setiap meter persegi dengan ketebalan media 5-10 cm dibutuhkan sekitar 2000 ekor cacing atau luas 0,1 m2 dibituhkan 100 gram cacing tanah. Perlu diketahui bahwa dalam satu hari cacing tanah akan memakan makanan seberat tubuhnya, misalnya bobot cacing 1 gram maka dalam satu hari cacing akan memakan 1 gram makanan.

– Bahan
Bahan yang digunakan berupa anorganik (limbah organik), seperti sisa sayursayuran, dedaunan atau kotoran hewan. Dengan demikian proses pengomposan cara ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik dan menghasilkan pupuk organik dan menghasilkan cacing yang menjadi sumber protein hewani bila digunakan sebagai pakan ternak. Bahan organik ini tidak dapat langsung digunakan atau diberikan kepada cacing, tetapi harus dikomposkan atau difermentasikan. Caranya yaitu dibiarkan sekitar 1 minggu. Selain bahan organik yang diberikan pada awal sebagai media, diperlukan juga makanan tambahan untuk menghindari makanan yang asam karena berbahaya bagi cacing. Makanan tambahan ini dapat berupa kotoran hewan atau sisa tanaman yang telah dihaluskan.

– Wadah
Wadah yang digunakan untuk budidaya cacing maupun pembuatan casting dapat berupa kayu, plastik, atau hanya berupa lubang-lubang dalam tanah. Perlu diperhatikan, wadah tersebut tidak terbuat dari logam atau alumunium yang dapat membahayakan cacing. Beberapa bahan serta ukuran yang biasa dibuat untuk wadah pembudidayaan cacing yaitu: kotak kayu berukuran 60 x 45 x 15 cm3, lubang tanah berukuran 8 x 0,2 m3, drum berdiameter 100 cm, tinggi 45 cm.

Proses Pengomposan
1. Limbah organik seperti sampah daun atau sayuran ditumpuk dan dibiarkan agar gas yang dihasilkan hilang. Tumpukan itu disiram air setiap hari dan dibalik minimal 3 hari sekali. Proses ini dilakukan sekitar 1 minggu.
2. Setelah sampah tidak panas (suhu normal), tempatkan di wadah yang telah disediakan. Akan lebih baik bila dicampur dengan kotoran hewan yang tidak baru dan tidak kadaluwarsa. Pencampuran kotoran hewan ini dimaksudkan untuk menambah unsur hara bagi pupuk yang dihasilkan. Setiap hari ditambahkan makanan tambahan berupa kotoran hewan yang telah diencerkan seberat cacing yang dipelihara, misalnya cacing 1 gram maka makanan tambahan yang ditambahkan juga 1 gram.
3. Proses pengomposan ini diakhiri setelah bahan menjadi remah dan terdapat butir-butir kecil lonjong yang sebenarnya merupakan kotoran cacing. Hasil kompos ini juga tidak berbau.
4. Setelah cacing jadi, cacing dipisahkan dari casting secara manual yaitu dengan bantuan tangan. Hasil casting dikering anginkan sebelum dikemas. Casting dari proses ini ternyata mengandung komponen biologis dan khemis. Komponen biologis yang terkandung yaitu bakteri, actinonmycetes, jamur, dan zat pengatur tumbuh (giberelin, sitokini dan auksin). Adapun komponen kimianya yaitu pH 6,5 – 7,4, nitrogen 1,1 – 4%, fosfor 0,3 – 3,5%, kalium 0,2 – 2,1%, belerang 0,24 – 0,63%, mangnesium 0,3 – 0,6%, dan besi 0,4 – 1,6%.

Cara kedua
Cara ini dilakukan dengan cara: cacing yang berperan dalam proses ini sangat spesifik karena hanya menguraikan kotoran kerbau dan tidak dapat menguraikan jenis bahan organik lain, seperti kotoran sapi, kambing, jerami, sayuran maupun dedaunan. Apabila berada dalam bahan organik selain kotoran kerbau, cacing jenis ini akan mati. Jenis cacing yang berasal dari taiwan ini belum diketahui sifat pastinya yang jelas, cacing ini mempunyai ukuran yang relatif kecil dibandingkan jenis cacing pada umumnya, rata-rata sepanjang korek api, tubuhnya berwarna merah. Karena cacing ini hanya menguraikan kotoran kerbau, maka bahan utama untuk casting ini adalah kotoran kerbau. Kotoran yang baik untuk dikomposkan kirakira telah dibiarkan seminggu. Apabila kurang dari seminggu, kotoran terlalu lembab. Namun apa bila terlalu lama maka kotoran terlalu kering (kelembabannya kurang). Tempat pengomposan sebaiknya beralas semen dan ternaungi dari sinar matahari maupun air hujan. Ingat cacing tidak tahan sinar matahari langsung.

Tahap-tahap pengomposan sebagai berikut:
1. Cacing (biasanya dengan medianya) dicampur dan diletakkan diantara kotoran kerbau. Kotoran yang telah berisi cacing diletakkan dibentuk seperti bedengan dengan lebar 60 cm, tinggi kurang lebih 15 dan panjang tergantung bahan dan lokasi. Apabila kotoran ini terlalu kering karena telah lama dibiarkan (lebih dari seminggu), sebaiknya kotoran ditutup dengan karung goni untuk menjaga kelembaban.
2. Setelah 2-3 minggu, bedengan kotoran tersebut agak diratakan sehingga permukaan menjadi lebar kurang lebih 1 m. Perlakuan ini untuk meratakan cacing juga.
3. Setelah 2-3 minggu, bedengan dikumpulkan lagi seperti nomor 2. Pada saat ini kotoran tidak menggumpal lagi, sebagian besar telah berubah menjadi gembur (remah). Pada tahap ini, disisi kiri dan kanan bedengan diberi tumpukan kotoran kerbau lagi. Hal ini dilakukan karena cacing yang telah selesai memakan kotoran yang pertama akan mencari makanan yang baru yaitu kotoran yang baru diletakkan. Proses ini diperkirakan berlangsung selama 1 minggu.
4. Kotoran dalam bedengan 1 akan bertambah gembur, remah, lebih kering, dan tidak berbau tidak ada yang menggumpal. Kotoran kerbau yang telah menjadi casting ini disaring dengan saringan pasir sehingga diperoleh hasil casting yang halus. Sisa dari penyaringan, berupa tanah atau jerami yang tidak tersaring sebaiknya dibuang atau disisihkan.
5. Pada tahap ini kemungkinan masih ada casting yang lolos dari saringan sehingga perlu dikeluarkan. Caranya yaitu dengan meletakkan kotoran kerbau yang masih bongkahan disisi atau disekitar gundukan. Tunggu sekitar 1 minggu. Dalam waktu tersebut diharapkan cacing akan keluar dari gundukan casting dan berpindah ke kotoran kerbau yang baru.
6. Casting yang telah disaring dapat disaring lagi agar hasil yang diperoleh lebih bagus. Adapun kotoran yang telah berisi casting dipisahkan untuk diproses menjadi casting seperti no.2. Casting yang telah jadi dikemas dengan plastik. Dari hasil laboratorium, casting yang dihasilkan dari kotoran kerbau mempunyai kandungan sebagai berikut:
Kadar lengas (%) 2mm : 10,286
Kadar lengas (%) 0,5 mm : 10,1
C (%) : 39,532
BO (%) : 68,158
N total (%) : 1,182
P total (ppm P) : 456,748
K total (%) : 1,504
Ca total (%) : 0,208
Mg total (%) : 0,048
Zn (ppm) : 174,032
Cu (ppm) : tak tersidik
Mn (ppm) : 1610,676
Fe (%) : 1,174
Humat (%) : 0,952
Fulfat (%) : 0,626

Selamat tahun baru Islam 1441 HMoga makin bertambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, Damai selalu NKRI
01/09/2019

Selamat tahun baru Islam 1441 H
Moga makin bertambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT,
Damai selalu NKRI

31/08/2019

PERAWATAN HARIAN/PEMELIHARAAN

Assalamu'alaikumu Wr. Wb, bagaimana kabarnya? Semoga selalu ada dalam Lindungan Allah SWT. Aamiin. Teman-teman, setelah kita melewati beberapa tahapan dalam budidaya cacing khususnya jenis Lumbricus Rubellus dari mulai penyiapan lahan, kandang, penyiapan media, penyiapan indukan dan penebaran bibit, hal berikutnya yang juga menjadi kegiatan rutin atau nafas dalam budidaya cacing ini adalah perawatan harian atau pemeliharaan koloni cacing kita tadi.

Adapun perawatan harian yang kita lakukan meliputi :
1. Pemberian pakan

Tidak seperti dalam budidaya atau beternak hewan lainnya, dalam beternak cacing ini kita tidak perlu memberi pakan setiap hari. Kita bisa memberi pakan pada cacing setiap 2 – 3 hari sekali saja. Dalam pelaksanaannya, cara pemberian pakan dilakukan dengan cara sedikit menggali media dan menempatkan pakan tadi di dalamnya dan menutupnya dengan media lagi. Dengan cara seperti ini dapat mengurangi datangnya binatang kecil2 atau lalat atau sejenisnya yang mengerubuti pakan tadi, dan kondisi kandang kita akan terlihat tetap rapi dan bersih.

Dalam pemberian pakan cacing, kita bisa mencacah, menghaluskan bahan pakan dengan blender atau dengan mesin pencacah jika dalam skala besar sehingga menjadi bubur pakan, baik pakan tersebut berasal dari sayuran, buah-buahan atau kohe. Kemudian mencampurnya dengan air sehingga berupa seperti bubur encer. Hal ini akan memudahkan si cacing melahap pakan tersebut karena cacing sendiri tidak mempunyai gigi dan sistem makannya dengan cara menghisap. Pakan tadi dapat kita berikan dalam keadaan segar ataupun telah di fermentasi. Tetapi sebaiknya pakan cacing tersebut kita fermentasi terlebih dahulu 1 – 2 hari. Disamping lebih memperlunak pakan, menambah kandungan gizi dan juga mengurangi hewan pengganggu yang dapat menimbulkan belantung pada pakan tadi.

2. Pengambilan cascing + penambahan media

Aktivitas makan cacing memang luar biasa, sehingga produksi kotorannya atau biasa kita sebut CASCING juga luar biasa p**a. Kita harus secara rutin mengambil cascing ini, karena kalau tidak kita ambil, cascing tersebut bisa mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan koloni si cacing sendiri, dikarenakan kandungan amonia dalam cascing yang dapat meracuni si cacing. Dan lagi kalau tidak diambil, dapat menyebabkan media menjadi padat karena kebanyakan cascing, dimana hal ini dapat mengganggu pergerakan si cacing yang pada akhirnya cacing kurang gerak dan tidak nafsu makan dan akhirnya bye bye….alias mati. Kasihan kan kalu sudah begini.

Untuk itu setiap minggu sekali kita wajib mengambil 1 – 2 cm bagian teratas media dan menambahkan media baru diatasnya.

3. Pengadukan media

Selain menambah media baru, selang 2 minggu sekali kita juga wajib mengaduk-aduk atau menggunggar media budidaya dengan membalik media bagian bawah keatas. Tujuan pengunggaran ini adalah agar membuat media tetap gembur dan memudahkan kita mengambil bagian bawah media yang tentunya lebih banyak mengandung cascing. Tekniknya setelah kita unggar media, diamkan beberapa saat sampai cacing turun kebawah selanjutnya kita ambil bagian atas media yang sudah menjadi cascing dan menambahkannya dengan media baru. Hal ini mirip dengan yang kita lakukan dalam perawatan mingguan hanya ditambah penggunggaran media budidaya.

Dengan cara-cara tersebut kesehatan dan kenyamanan media selalu terjamin, yang membuat perkembangan cacing berkembang pesat dan sehat.

4. Menjaga dari hama

Hama disini bisa berupa hewan kompetitor (yang memakan makanan si cacing) ataupun predator (yang memakan biomas cacing sendiri).
Hewan kompetitor antara lain : semut, kutu tanah, rayap, bekicot, dll.
Hewan predator antara lain : tikus, kadal, ayam, bebek, katak, dll.

Teman-teman, demikianlah hal-hal rutin yang selalu kita lakukan dalam budidaya cacing Lumbricus Rubellus. Semoga ulasan tadi dapat menambah pengetahuan para sahabat dalam budidaya cacing.

29/08/2019

Pakan Unggas dan Ikan

SELAIN diekstrak untuk keperluan pembuatan obat herbal, cacing tanah juga dapat diolah menjadi pakan unggas dan pakan ikan (pellet). Mengingat banyaknya peternak unggas dan pembudidaya ikan di Indonesia, pengolahan cacing menjadi bahan pakan ini memiliki prospek cerah.

Di samping kaya protein (50-72 %), cacing tanah juga mengandung beberapa asam amino yang sangat penting bagi unggas seperti arginin (10,7 %), tryptophan (4,4 %), dan tyrosin (2,25 %). Ketiga asam amino ini jarang ditemui pada bahan pakan lainnya.

Oleh karena itu, cacing tanah memiliki potensi baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70 persen. Meski demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20 % total ransum.

Pemanfaatan cacing tanah untuk ransum unggas relatif mudah. Bisa diberikan dalam bentuk segar, atau dijadikan tepung cacing untuk dicampurkan bersama bahan-bahan penyusun ransum unggas lainnya seperti jagung, dedak, konsentrat, dan sebagainya.

Pellet Ikan

Untuk membuat pellet ikan, bahan-bahan yang dipersiapkan adalah telur ayam yang telah direbus (diambil kuningnya saja), tepung kanji, terigu, dedak, dan tepung cacing. Semua bahan ditimbang, sesuai dengan analisis bahan. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah alat penggiling tepung, alat penggiling daging, dan baskom.

Sebelumnya, kita mesti mengolah dulu cacing segar menjadi tepung. Caranya, cacing segar dipisahkan dari medianya, kemudian dicuci dan dibilas dengan air bersih, serta ditimbang.

Cacing ditebar di atas seng, kemudian dijemur di bawah terik matahari selama sehari. Jika sudah kering, cacing dapat dibuat menjadi tepung dengan menggunakan penggiling tepung. Tepung cacing ditimbang dan siap digunakan.

Jika ingin membuat pellet dengan kadar protein 35%, maka formula ransumnya terdiri atas tepung cacing (47 %), telur ayam (20 %), dedak (18 %), terigu (14 %), dan kanji (1 %). Campurkan semua bahan, kemudian diaduk hingga merata. Tambahkan air hangat secukupnya hingga adonan menjadi liat.

Tapi ingat, jangan terlalu banyak memberi air, karena dapat mengurangi daya simpannya.
Adonan yang sudah liar bisa dicetak dengan mesin penggiling daging, sehingga menghasilkan pellet basah yang panjangnya seperti mi. Pellet yang masih basah dipotong (misalnya sepanjang 0,5 cm) sehingga membentuk butiran-butiran.

Karena masih mengandung air, pellet dijemur dulu di bawah terik matahari, sampai kering sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Sekarang pellet sudah jadi dan siap digunakan. Kalau mau dijual, masukkan ke kantong plastik dengan bobot tertentu.

http://suaramerdeka.com

PERSIAPAN INDUKAN CACINGBismillaahirrohmaanirrohiim... Karena_Mu aku melakukan sesuatuAssalamu'alaikum Wr. Wb. Tibalah k...
28/08/2019

PERSIAPAN INDUKAN CACING

Bismillaahirrohmaanirrohiim... Karena_Mu aku melakukan sesuatu

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Tibalah kita pada tahap mengisi kandang kita dengan indukan/bibit cacing Lumbricus Rubellus. Setelah semuanya siap, baik itu kandang dan media tempat tinggal saatnya bibit cacing kita masukkan kedalam wadah budidaya, saatnya tebar bibit indukan. Kepadatan tebar bibit sekitar 3 kg per meter2. Indukan cacing jangan kita masukkan semua dalam wadah budidaya, tapi kita coba sedikit dulu dan kita amati, apakah cacing-cacing tersebut masuk dalam media atau bahkan keluyuran kemana-mana. Beberapa jam kemudian coba kita periksa kembali, bila tidak ada cacing yang ‘kelayapan’ brarti media budidaya telah cocok bagi si cacing dan teman-temannya dan bibit indukan tadi dapat kita masukkan semuanya.

Untuk mendapatkan indukan cacing, kita bisa memperolehnya dengan cara mencari cacing liar dari alam ataupun dari para peternak. Kami sarankan pengambilan bibit dari para peternak senior, apalagi kalo tujuan kita adalah untuk bisnis karena jenis cacing dapat kita ketahui dengan jelas, umur cacing telah mencukupi sebagai indukan dimana hal ini mempercepat perkembangan pada tahap awal budidaya, cacing-cacing telah terbiasa di ternakkan, sehingga mempermudah adaptasi pada lingkungan barunya.

Setelah tahap penebaran bibit/indukan cacing langkah berikutnya untuk budidaya cacing Lumbricus Rubellus yang tidak kalah penting adalah perawatan harian si cacing. Dimana hal ini mempunyai pengaruh pada hasil panen dan keberhasilan kita dalam budidaya.

Tunggu postingan kami berikutnya untuk melengkapi pengetahuan kita dalam berbudidaya cacing tanah jenis Lumbricus Rubellus

Address

Tasikmalaya
46181

Opening Hours

Monday 09:00 - 14:00
Tuesday 09:00 - 14:00
Wednesday 09:00 - 14:00
Thursday 09:00 - 14:00
Friday 09:00 - 10:00
Saturday 09:00 - 14:00
Sunday 13:00 - 15:00

Telephone

+6281222844482

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pondok Cacing Tasikmalaya posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Pondok Cacing Tasikmalaya:

Share

Category