21/03/2025
Pop**aritas ayam hias semakin santer dibicarakan. Para penggemarnya selalu dibuat terkesima dengan beragamnya jenis ayam hias. Pasalnya, setiap jenis ayam hias memiliki keunikan dan keistimewaannya tersendiri. Secara garis besar, ayam hias dikenal atas dua tipe. Tipe suara merupakan ayam hias yang mampu mengeluarkan bunyi kokok yang tak biasa seperti ayam ketawa dan ayam kukuak balenggek. Kemudian, tipe kecantikan yang mempunyai berbagai macam penampilan. Tipe ini memiliki jenis yang lebih variatif dibandingkan tipe suara.
Pada tipe kecantikan, setiap bagian tubuh ayam dapat ditemukan keunikannya sesuai dengan jenis ayam hias masing-masing. Sebagai contoh, kita tidak asing dengan ayam hias yang bertubuh mungil seperti ayam kate dan ayam serama. Selain itu, terdapat p**a keunikan ayam hias yang dilihat dari warna tubuhnya seperti ayam cemani dan black sumatra yang bulunya berwarna hitam solid.
Tidak hanya terletak pada ukuran dan warna tubuh saja, terdapat juga jenis ayam hias yang diidentifikasikan berdasarkan anatomi tubuhnya yang unik. Anatomi tubuh yang dimaksud bisa berasal dari kepala, bulu, kaki, dan ekor. Namun, kali ini, penulis akan fokus membahas mengenai salah satu jenis ayam hias yang keunikan dan keindahannya terletak pada ekornya. Bukan ayam ekor panjang (onagadori), merak, atau pun pheasant, melainkan adalah ayam ekor lidi.
Karakteristik ayam ekor lidi
Seperti namanya, ayam ekor lidi memiliki keunikan yang terletak pada ekornya. Salah satu penggemar sekaligus peternak ayam ekor lidi, Abdul Aziz Muslim atau yang biasa dikenal Haya Wuruk Ekor Lidi mengatakan, standarisasi atau penilaian kecantikan penampilan ayam ekor lidi di Indonesia dipegang oleh Komunitas Ayam Ekor Lidi Indonesia (Kopali). Karena konteksnya ayam hias, sehingga yang dinilai tidak hanya bulu dan gagahnya saja, melainkan juga keserasian dan kebersihan ayam tersebut.
“Bentuk kepala ayam ekor lidi tidak bundar, tetapi minang seperti buah pinang. Kemudian, jenggernya berbentuk telon dan simetris. Pun, besar jenggernya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, namun ideal. Posisi jenggernya harus mepet ke arah tulang kepala, kemudian di belakangnya harus sejajar dengan mata belakang. Lehernya tidak berbentuk huruf ‘S’, jadi harus lurus. Kemudian, bahunya agak terangkat, tetapi tidak seperti ayam shamo, kalau ayam ekor lidi hanya agak tegak,” jelas Aziz ketika berbincang Poultry Indonesia melalui sambungan telepon WhatsApp, Jumat (14/7).
Ayam ini mempunyai ekor yang sangat tegas, sehingga membawa kesan sangat gagah. Ekornya bertekstur keras, lurus, berbentuk daun lebar yang sempit dan tidak melengkung atau menjuntai ke bawah. Jika dilihat secara kasat mata, penampilan ekornya mirip seperti kipas lipat. Untuk usia 1 tahun ke atas, minimal panjang ekornya adalah 40 cm. Jumlah ekor pun harus banyak, minimal 6 ekor lancur. Semakin ekornya kaku dan berbentuk daun lebar sempit, maka semakin berkualitas.
“Potensi genetik ayam ekor lidi baru muncul ketika menginjak usia 5 bulan ke atas. Saran saya, jika ingin piara ayam ekor lidi, maka belilah yang sudah berusia 5 bulan ke atas. Di usia 5 bulan, ayam ekor lidi sedang ganti bulu, dari bulu anakan ke bulu dewasa, ekornya pun mulai terlihat, sehingga karakternya sudah mulai terbaca. Karakter lebar dan kekakuan ekornya sudah mulai terlihat,” kata Aziz.
Untuk warna, kata Aziz, yang dicari adalah warna yang paling serasi. Seandainya warna ayamnya merah, maka merahnya harus cerah. Contoh lain, jika warna dasarnya hitam, maka warna kombinasinya harus berwarna gelap, jangan sampai terdapat warna putih. Disisi lain, saat ditanya tentang warna favorit, Aziz menjawab warna wiring kuning. Wiring kuning adalah ayam yang berwarna dasar hitam solid sampai ekor, namun bagian kaki, paruh, mata, dan rawisnya berwarna kuning. Tipe warna ini masih sangat langka di Indonesia.
Keturunan ayam bangkok klasik
Sebenarnya, tidak ada sumber pasti yang membahas mengenai terciptanya genetik ayam ekor lidi. Hal tersebut dikarenakan masih sulitnya menemukan informasi dan dokumentasi sejarah ayam ekor lidi di internet. Kendati demikian, Aziz sudah mengumpulkan beberapa informasi yang kemudian dipublikasikan melalui kanal Facebook miliknya. Satu hal yang pasti, genetik ayam ekor lidi merupakan buah hasil dari ayam bangkok klasik yang berasal dari Thailand.
“Jenis ayam ekor lidi ini menjadi polemik. Ada yang mengatakan bahwa jenis ayam ekor lidi ini termasuk ke dalam jenis ayam bangkok. Disisi lain, ada yang mengatakan bahwa ayam ekor lidi adalah jenis yang terpisah dengan ayam bangkok. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ayam ekor lidi adalah ayam bangkok yang ekornya mengalami mutasi genetik. Oleh sebab itu, selama ini di Indonesia penyebutan ‘ayam ekor lidi’ dipisah dengan ‘ayam bangkok ekor lidi’, karena masih belum jelas kemurnian ras ayam bangkoknya,” terangnya.
Menurut Aziz, terdapat 3 teori yang berbeda mengenai asal-usul genetik ayam ekor lidi. Teori pertama, genetik ayam ekor lidi berasal dari Indonesia. Dalam teori ini, pada masa lampau, saudagar Thailand dan Vietnam membawa ayam bangkok yang kemudian dikawin silang dengan ayam lokal Indonesia. Dalam proses tersebut, terjadilah mutasi genetik yang menghasilkan ayam dengan ekor yang lebih panjang dan kaku.
Teori kedua, genetik ayam ekor lidi berasal dari Negeri Tirai Bambu, Tiongkok. Teori ini menyebutkan bahwa ayam bangkok dikawin silang oleh ayam lokal setempat. Kemudian ayam ekor lidi tersebut dibawa oleh saudagar Tiongkok ke Indonesia. Sedangkan teori ketiga, ayam ekor lidi dikawin silang dengan ayam lokal lainnya di Thailand, yang kemudian dibawa ke Indonesia. Perlu diingat, ketiga teori tersebut tidak memiliki catatan yang jelas terkait tahun pasti kemunculan genetik ayam ekor lidi.
“Ketiga teori ini tidak ada yang diyakini secara penuh literaturnya karena tidak ada catatan sejarah resmi tentang ayam ini. Namun, Kopali Indonesia sedang berusaha mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk melakukan penelitian DNA tentang ayam ekor lidi. Harapannya, misteri asal-usul ayam ekor lidi bisa terungkap,” tegasnya.