
06/06/2025
“Botol Ajaib di Teras Itu”
Namaku Jibot. Aku kucing jalanan. Bulu oranye-ku kusut, tapi hatiku penuh kenangan. Setiap malam, aku menjelajah gang-gang sempit, mencari tempat aman untuk tidur… dan buang air. Jangan salah paham, aku bukan kucing jorok—aku cuma kucing yang tak punya rumah.
Biasanya, aku menyukai teras rumah Pak Tono. Di situ ada pot tanaman besar yang tanahnya lembut. Sempurna untuk pup, lalu ditimbun pakai kaki belakang. Tapi malam ini… ada yang aneh.
Sebuah botol plastik berdiri tegak di pinggir pot. Isinya air. Dinginnya bulan memantul di permukaannya. Aku mendekat pelan. Hidungku mencium… air biasa. Tapi entah kenapa, aku merinding.
Cahaya dari lampu teras menyilaukan lewat botol itu, seolah menyiram wajahku dengan sinar aneh. Aku mendekatkan kepala, dan… astaga! Bayanganku sendiri muncul di botol itu. Seolah ada Jibot lain yang menatapku balik, menantang.
Aku loncat mundur.
“Apa-apaan itu?!” gerutuku dalam hati. Aku mencoba melangkah maju lagi, tapi jantungku berdetak tak nyaman. Bulu kudukku berdiri. Kenapa aku takut sama air dalam botol? Ini bukan anjing, bukan suara petasan, bukan juga penyiram otomatis. Tapi ada yang… mengganggu.
Aku pergi malam itu. Tidak jadi pup di pot Pak Tono.
Keesokan malamnya, aku coba lagi. Botol itu masih di sana. Kali ini warnanya merah. Apa ini cairan iblis? Darah? Saus tomat?
Aku menyerah. Aku tahu diriku kucing pemberani. Tapi entah kenapa, botol itu menang.
Aku pup di kebun sebelah, di bawah pohon singkong.
Tiga malam kemudian, aku dengar Ibu-Ibu kampung ngomong, “Tuh bener kan! Sejak pasang botol air, si kucing oranye itu nggak pup di sini lagi!”
Aku mengeong keras dari kejauhan.
“Aku bukan takut! Aku cuma… menghormati botol sakti kalian itu!”
Dan di dalam hati, aku janji…
Aku akan kembali.
Suatu hari.
Saat botol itu sudah penuh debu… dan aku siap menatap bayanganku sendiri lagi.
Kalau kamu s**a cerita ini, kasih like, share ke teman pecinta kucingmu, dan tulis di komentar:
Pernah coba botol air juga? Berhasil nggak? 🐾