Kucing Lucu

Kucing Lucu Cerita Si Jibot
Kucing oren, tingkah random, nasib dramatis. Kadang jadi pahlawan, kadang cuma rebahan.

Scroll terus, ketawa terus — tapi siapin tisu juga!

“Botol Ajaib di Teras Itu”Namaku Jibot. Aku kucing jalanan. Bulu oranye-ku kusut, tapi hatiku penuh kenangan. Setiap mal...
06/06/2025

“Botol Ajaib di Teras Itu”

Namaku Jibot. Aku kucing jalanan. Bulu oranye-ku kusut, tapi hatiku penuh kenangan. Setiap malam, aku menjelajah gang-gang sempit, mencari tempat aman untuk tidur… dan buang air. Jangan salah paham, aku bukan kucing jorok—aku cuma kucing yang tak punya rumah.

Biasanya, aku menyukai teras rumah Pak Tono. Di situ ada pot tanaman besar yang tanahnya lembut. Sempurna untuk pup, lalu ditimbun pakai kaki belakang. Tapi malam ini… ada yang aneh.

Sebuah botol plastik berdiri tegak di pinggir pot. Isinya air. Dinginnya bulan memantul di permukaannya. Aku mendekat pelan. Hidungku mencium… air biasa. Tapi entah kenapa, aku merinding.

Cahaya dari lampu teras menyilaukan lewat botol itu, seolah menyiram wajahku dengan sinar aneh. Aku mendekatkan kepala, dan… astaga! Bayanganku sendiri muncul di botol itu. Seolah ada Jibot lain yang menatapku balik, menantang.

Aku loncat mundur.

“Apa-apaan itu?!” gerutuku dalam hati. Aku mencoba melangkah maju lagi, tapi jantungku berdetak tak nyaman. Bulu kudukku berdiri. Kenapa aku takut sama air dalam botol? Ini bukan anjing, bukan suara petasan, bukan juga penyiram otomatis. Tapi ada yang… mengganggu.

Aku pergi malam itu. Tidak jadi pup di pot Pak Tono.

Keesokan malamnya, aku coba lagi. Botol itu masih di sana. Kali ini warnanya merah. Apa ini cairan iblis? Darah? Saus tomat?

Aku menyerah. Aku tahu diriku kucing pemberani. Tapi entah kenapa, botol itu menang.

Aku pup di kebun sebelah, di bawah pohon singkong.

Tiga malam kemudian, aku dengar Ibu-Ibu kampung ngomong, “Tuh bener kan! Sejak pasang botol air, si kucing oranye itu nggak pup di sini lagi!”

Aku mengeong keras dari kejauhan.
“Aku bukan takut! Aku cuma… menghormati botol sakti kalian itu!”

Dan di dalam hati, aku janji…
Aku akan kembali.
Suatu hari.
Saat botol itu sudah penuh debu… dan aku siap menatap bayanganku sendiri lagi.



Kalau kamu s**a cerita ini, kasih like, share ke teman pecinta kucingmu, dan tulis di komentar:
Pernah coba botol air juga? Berhasil nggak? 🐾

“Aku Jibot, Kucing Oren yang Pernah Dicintai”Namaku Jibot. Kucing oren biasa, tidak spesial, tidak berbulu lebat seperti...
06/06/2025

“Aku Jibot, Kucing Oren yang Pernah Dicintai”

Namaku Jibot. Kucing oren biasa, tidak spesial, tidak berbulu lebat seperti di iklan-iklan. Tapi dulu, aku pernah dicintai.

Aku masih ingat pertama kali dibawa pulang oleh orang itu—namanya Rendi. Anak muda yang waktu itu sedang ramai-ramainya pamer hewan peliharaan di media sosial. Aku digendong, difoto, lalu diberi caption, “Teman baru, si oren yang lucu!”

Hari-hari awal, aku merasa menjadi kucing paling beruntung di dunia. Diberi tempat tidur empuk, makan enak, dan dielus setiap malam. Tapi seiring waktu, perhatian itu memudar.

Kucing bukan mainan. Kami makhluk hidup. Aku mulai jatuh sakit, mungkin karena makanan yang salah, atau karena udara kamar yang dingin sekali. Aku muntah beberapa kali, dan bulu-buluku mulai rontok. Rendi tak lagi memanggilku “lucuuu”, tapi malah menutup pintu dan bilang, “Aduh, jorok banget sih, Jibot.”

Sampai akhirnya, pagi itu… aku dibawa naik motor, dibungkus kardus. Kupikir aku akan dibawa ke dokter. Tapi tidak. Aku ditinggalkan… di pasar. Di tengah keramaian, aku hanya seekor kucing yang tak diinginkan.

Aku duduk di bawah meja jualan sayur, menunggu. Tapi tak ada yang datang mencariku. Tubuhku lemas, aku lapar, dan aku… sedih.

Aku melihat banyak teman di sini—kucing-kucing lain dengan cerita yang sama. Ada yang dibuang karena hamil, karena tua, karena “udah nggak lucu lagi”. Manusia selalu punya alasan. Tapi kami tetap merasa sakit, kecewa.

Aku ingin bilang…
Jangan pelihara kami hanya karena ikut-ikutan.
Jangan anggap kami sekadar tren atau pajangan Instagram.
Kalau kalian tidak siap melihat kami lemah, sakit, atau menua, maka lebih baik jangan bawa kami pulang.

Kami juga ingin dicintai, sampai akhir.
Bukan hanya saat lucu, sehat, atau kecil.

Aku Jibot. Kucing oren biasa. Tapi aku pernah punya nama, pernah punya rumah, dan pernah dipercaya bahwa manusia bisa setia.

Tolong buktikan bahwa masih ada manusia yang benar-benar peduli.
Jangan buang kami. Jangan campakkan kami.
Kami bukan barang. Kami keluarga—kalau kalian menganggap kami seperti itu.












🧡 Ayo bagikan cerita ini, semoga menyadarkan lebih banyak hati.

“Jibot, Malaikat yang Tak Bisa Terbang di Dunia Ini”Di sudut kota tua yang ramai dan berdebu, tinggal seorang remaja ber...
05/06/2025

“Jibot, Malaikat yang Tak Bisa Terbang di Dunia Ini”

Di sudut kota tua yang ramai dan berdebu, tinggal seorang remaja bernama Nara, gadis pemalu yang hidup bersama neneknya di rumah kecil yang mulai rapuh dimakan usia. Suatu hari saat hujan deras mengguyur atap seng yang bocor, Nara menemukan seekor anak kucing oranye lemas di bawah bangku halte — matanya nyaris tak terbuka, tubuhnya gemetar. Tanpa pikir panjang, Nara membawanya pulang.

Kucing itu ia beri nama Jibot.

Hari-hari mereka mulai berubah. Jibot tumbuh menjadi kucing yang ceria, manja, dan penuh perhatian. Ia selalu tahu kapan Nara menangis diam-diam di kamar, lalu datang mendekap di pangkuannya. Saat Nara diledek teman sekolah karena pakaiannya lusuh, hanya Jibot yang bisa membuatnya tertawa lagi.

Orang-orang bilang:

“Kucing itu seperti malaikat ya, Nar…”
Dan Nara selalu tersenyum sambil berkata,
“Dia memang bukan kucing biasa.”

Namun di balik senyuman itu, Nara menyimpan rahasia besar. Ia didiagnosis dengan penyakit jantung bawaan yang mulai memburuk. Dokter menyarankan agar ia tidak terlalu banyak aktivitas, tidak banyak stres… dan bila memungkinkan, mencari rumah lain untuk Jibot.
“Alergi parah. Bisa memicu sesak kapan saja,” kata dokter.

Tapi bagaimana mungkin Nara melepaskan satu-satunya makhluk yang selalu bersamanya saat dunia terasa terlalu berat?

Hingga suatu malam, Nara terbangun dari tidur karena dadanya sesak. Ia melihat Jibot tidur meringkuk di kakinya. Dengan suara lirih, ia berbisik:

“Maaf ya, Jibot… Aku yang bawa kamu masuk ke dunia aku yang berantakan ini. Aku egois… kamu itu seperti malaikat, tapi malaikat seharusnya nggak tinggal di dunia sekacau ini…”

Pagi itu, Nara menggigil saat ia menyerahkan Jibot pada seorang dokter hewan yang juga mengelola rumah singgah kucing. Air matanya tak berhenti, begitu juga Jibot yang mengeong keras seolah tahu ia sedang ditinggalkan.

“Aku cinta kamu, Jibot. Tapi aku nggak pantas punya kamu…”

🌧️ Setahun kemudian,

Nara menulis surat untuk Jibot yang ia titipkan pada pemilik rumah singgah:

“Angels like you can’t fly down here with me… Tapi aku tahu, kamu bahagia di tempat baru. Terima kasih pernah jadi rumah untukku, saat semuanya terasa runtuh.”

Dan di foto terakhir yang dikirim balik ke Nara, tampak Jibot tidur di pangkuan seorang anak kecil penderita autisme. Senyum anak itu sama seperti senyum Nara dulu — pelan, tulus, dan penuh harapan.

Jika kamu menyukai cerita ini, tinggalkan 💔 untuk Jibot — sang malaikat kecil yang pernah menyelamatkan hati yang luka.

Kucing Oren dan Anjing HutanDi sebuah desa kecil, hiduplah seekor kucing oren tua bernama Jibot. Dulu Jibot sangat disay...
05/06/2025

Kucing Oren dan Anjing Hutan

Di sebuah desa kecil, hiduplah seekor kucing oren tua bernama Jibot. Dulu Jibot sangat disayangi karena rajin menangkap tikus. Tapi sekarang Jibot sudah tua. Ia tidak bisa lari cepat lagi dan lebih sering tidur di dapur.

Suatu hari, pemiliknya, Pak Hadi, merasa Jibot sudah tidak berguna. Dengan berat hati, Pak Hadi membawa Jibot ke tepi hutan dan meninggalkannya di sana.

“Maafkan aku, Jibot… aku harap kau bisa bertahan,” kata Pak Hadi sedih.

Di tengah hutan, Jibot duduk lemas. Ia bingung dan ketakutan. Tiba-tiba datang seekor anjing hitam liar bernama Boma. Badannya besar, matanya tajam, tapi suaranya lembut.

“Kenapa kamu sendirian di sini?” tanya Boma.

Jibot bercerita bahwa ia dibuang karena sudah tua. Boma mendengarkan dengan sabar, lalu tersenyum.

“Kalau kamu mau, aku bisa bantu kamu kembali ke rumah.”

Keesokan harinya, Boma pergi ke halaman rumah Pak Hadi dan pura-pura ingin menculik bayi Pak Hadi. Anak-anak menjerit. Lalu Jibot datang dari balik semak-semak dan pura-pura mengejar Boma.

Boma pun kabur.

“Jibot menyelamatkan adik kita!” teriak anak-anak.

Pak Hadi sangat terharu dan langsung mengangkat Jibot.

“Maafkan Bapak, Jibot. Ternyata kamu masih hebat!”

Sejak saat itu, Jibot tinggal di rumah lagi dan dirawat dengan penuh cinta.

Beberapa minggu kemudian, keluarga Pak Hadi mengadakan pesta. Diam-diam, Jibot mengundang Boma. Saat malam tiba, Jibot mencuri ayam dari dapur dan membawanya ke belakang rumah tempat Boma bersembunyi.

Boma makan dengan lahap, tapi setelah kenyang, ia tidak bisa menahan diri—ia melolong pelan karena terlalu bahagia.

“Huuu~ ayamnya enak sekali!”

Para tamu terkejut. “Ada anjing di belakang rumah!”

Jibot pura-pura mengejar Boma dan mengusirnya.

Boma kabur ke hutan, tapi sebelum pergi, ia menoleh dan berkata pelan,

“Terima kasih, Jibot. Kau sahabat terbaikku.”

Sejak itu, Jibot dan Boma tetap berteman. Kadang Boma datang diam-diam saat malam, dan Jibot membawakan makanan. Walau berbeda, mereka saling menyayangi dan selalu saling membantu.

Persahabatan sejati bisa datang dari siapa saja—bahkan dari seekor kucing dan seekor anjing.

🐾 Jibot dan Boma: Permata dari Dasar LautDahulu kala, di sebuah desa nelayan kecil di pesisir Jepara, hiduplah seorang p...
05/06/2025

🐾 Jibot dan Boma: Permata dari Dasar Laut

Dahulu kala, di sebuah desa nelayan kecil di pesisir Jepara, hiduplah seorang pria tua bernama Pak Rahmat. Ia tinggal sendiri di gubuk bambu, ditemani dua sahabat sejatinya: seekor kucing oren bernama Jibot yang gemar tidur di pangkuannya, dan anjing hitam setia bernama Boma yang selalu menjaganya setiap malam.

Pak Rahmat tak punya apa-apa selain perahu tua dan jaring lusuh. Namun setiap kali ia kembali dari laut dengan tangan hampa, Jibot dan Boma selalu menyambutnya dengan pelukan hangat dan ekor yang bergoyang riang. Mereka adalah keluarganya.

🐟 Ikan Mas Emas dari Dasar Laut

Suatu pagi, saat Pak Rahmat menjaring ikan di tengah laut, ia menangkap seekor ikan mas berkilau yang sangat besar dan anehnya, bisa berbicara!

“Tolong lepaskan aku,” kata ikan itu, “dan aku akan membalas kebaikanmu.”

Dengan penuh belas kasih, Pak Rahmat melepaskannya kembali ke laut. Ia tak mengharap imbalan. Namun malam itu, sesuatu terjadi.

💎 Hadiah dari Sang Raja Laut

Ketika Pak Rahmat bangun keesokan harinya, ia menemukan sebutir permata bercahaya di depan rumahnya. Permata itu memancarkan cahaya hangat dan… setiap kali ia menyentuhnya, perutnya terasa kenyang, dan tubuhnya menjadi segar seperti habis mandi.

Rupanya, itu adalah Permata Kehidupan, kiriman dari Raja Laut sebagai bentuk terima kasih.

Pak Rahmat pun hidup nyaman. Tapi ia tetap sederhana, membagikan hasil lautnya ke tetangga, dan tidur di tikar bersama Jibot dan Boma yang kini makin gendut karena makan enak setiap hari.

🐍 Ular Pencuri Permata

Suatu malam, seekor ular besar menyelinap masuk ke rumah Pak Rahmat dan mencuri permata tersebut. Pak Rahmat sedih luar biasa. Tanpa permata itu, ia kembali lapar dan lemah.

Melihat tuannya murung, Jibot dan Boma bertekad untuk mengambil kembali permata itu. Mereka mengejar jejak ular ke hutan, ke bukit, hingga ke gua berbatu di tepi laut.

🐾 Misi Penyelamatan

Dengan kelincahan kucing, Jibot menyelinap masuk ke sarang ular, sementara Boma berjaga di luar. Dengan cakar lembutnya, Jibot menggeser permata itu keluar, dan Boma menangkapnya dengan mulut.

Mereka berhasil! Tapi dalam perjalanan pulang, Jibot ingin bermain dengan permata itu, dan Boma takut akan hilang lagi. Mereka bertengkar.

Jibot: “Aku yang mengambilnya!”

Boma: “Tapi aku yang membawanya pulang!”

Dalam perkelahian kecil itu, permata hampir jatuh ke laut. Mereka saling menatap lama… lalu tertawa. Mereka sadar: yang paling penting adalah kebersamaan mereka, bukan permatanya.

❤️ Akhir yang Hangat

Mereka membawa kembali permata itu ke Pak Rahmat. Tapi pria tua itu menatap permata itu, lalu berkata:

“Kalian sudah cukup. Aku tak butuh permata, asal kita tetap bersama.”

Permata itu pun diletakkan kembali ke laut, ke tempat asalnya.

Sejak saat itu, Jibot dan Boma tak pernah bertengkar lagi. Mereka dikenal sebagai kucing dan anjing paling akur di desa. Setiap orang yang melihat mereka akan berkata:

“Kalau Jibot dan Boma saja bisa bersahabat, kenapa kita tidak?”

📌 Pesan Moral:

Persahabatan yang sejati lebih berharga dari permata.

🐾 Jibot si Kucing Putih dan Narun si Kucing MerahDi sebuah desa sejuk di kaki gunung, hiduplah seorang nenek tua yang ti...
05/06/2025

🐾 Jibot si Kucing Putih dan Narun si Kucing Merah

Di sebuah desa sejuk di kaki gunung, hiduplah seorang nenek tua yang tinggal sendirian. Ia merawat dua ekor kucing kesayangannya sejak kecil: seekor kucing putih bermata bening bernama Jibot, dan seekor kucing berbulu merah-oranye dengan tatapan tajam bernama Narun.

Jibot adalah kucing yang lembut dan penyayang. Ia selalu tidur di kaki nenek, membantu mengusir tikus, dan bahkan s**a mendekati anak-anak kecil di desa yang sedang menangis. Sementara Narun, meskipun cantik dan anggun, memiliki sifat pemarah, cemburuan, dan s**a mendorong Jibot menjauh saat nenek sedang memeluknya.

Nenek menyayangi keduanya, tapi sering kali Jibot yang setia menemaninya saat hujan turun atau saat malam-malam sepi datang. Narun lebih s**a berkelana ke dapur tetangga dan mencuri ikan goreng.

Suatu hari, nenek jatuh sakit. Ia tak mampu bangun dari tempat tidur. Jibot dengan sigap menempelkan tubuh hangatnya ke dada nenek, menjilati tangannya dengan penuh kasih, dan setiap pagi keluar mencari daun-daunan yang biasa nenek pakai untuk jamu. Ia juga mengeong pelan seolah berdoa.

Narun hanya datang sebentar, lalu pergi lagi—kesal karena rumah nenek kini penuh bau obat dan tak ada makanan enak.

Setelah seminggu, nenek pun mulai pulih. Ia memanggil kedua kucingnya dan berkata dengan suara serak:

“Kalian telah menemaniku… Tapi hanya satu yang benar-benar menjagaku.”

Nenek lalu mengeluarkan dua bantal kecil. Bantal pertama terlihat mewah, bersulam emas, dan harum. Bantal kedua tampak lusuh dan usang, namun hangat dan empuk.

“Silakan pilih tempat tidur kalian malam ini. Pilih dengan hati, bukan dengan mata.”

Narun langsung melompat ke bantal bersulam emas. Tapi begitu ia tidur di atasnya, bantal itu berubah jadi keras dan dingin seperti batu. Ia terlonjak, mengeong marah, dan pergi.

Sementara itu, Jibot perlahan melangkah ke bantal lusuh. Ia mengendusnya… dan langsung berbaring dengan nyaman. Seketika bantal itu memancarkan cahaya hangat, berubah menjadi selimut empuk penuh bunga kering dan aroma yang menenangkan.

Nenek tersenyum.

“Yang merawat dengan cinta akan selalu tidur dengan tenang.”

Sejak malam itu, Narun mulai berubah. Ia mulai tidur di dekat pintu nenek, berbagi makanan dengan Jibot, dan menggesekkan kepalanya ke kaki nenek dengan pelan. Walau sifatnya masih sedikit ketus, Narun kini belajar apa itu kasih sayang yang tulus.

Jibot dan Narun tak lagi bersaing. Mereka menjadi sahabat, berdua menjaga nenek hingga akhir hayatnya.

🌸 Pesan moral:

Cinta dan kesetiaan tidak butuh banyak kata. Mereka akan dikenali lewat tindakan sederhana, dan pada akhirnya—yang tulus akan menang.

Jibot, Sahabat TerbaikkuNamaku Rina. Aku anak SMP yang tidak terlalu banyak bicara. Teman-temanku di sekolah sering menj...
04/06/2025

Jibot, Sahabat Terbaikku

Namaku Rina. Aku anak SMP yang tidak terlalu banyak bicara. Teman-temanku di sekolah sering menjauh karena aku pendiam. Aku terbiasa sendiri, sampai suatu hari… aku bertemu dia.

Seekor kucing oranye kotor tiba-tiba mengikutiku pulang. Bulunya basah karena hujan, dan dia mengeong pelan di belakangku.

Aku jongkok dan menatapnya. “Kamu mau ikut aku ya?” tanyaku pelan. Kucing itu hanya menatapku, lalu mengeong lagi.

Sejak hari itu, aku memberinya nama Jibot.

Jibot selalu ada di rumah. Saat aku pulang sekolah dengan mata merah karena diejek teman, Jibot duduk di pangkuanku dan mengeong lembut.

Saat aku tidak lulus ujian, Jibot duduk diam di sebelahku, seolah berkata, “Nggak apa-apa, kamu pasti bisa lain kali.”

Dia tidak pernah bicara, tapi kehadirannya membuat aku merasa tidak sendirian. Senyumnya… eh, maksudku wajah lucunya… selalu bisa bikin aku tenang.

Tiap malam, Jibot tidur di samping bantalku. Kalau aku menangis diam-diam, Jibot mengusap wajahku pakai ekornya. Rasanya seperti pelukan hangat dari sahabat.

Jibot adalah sahabat terbaikku.

Tapi semua berubah waktu Ibu bilang, “Rina, kita harus pindah ke kota. Ibu dapat pekerjaan di sana. Kita berangkat besok.”

Aku langsung panik. “Terus Jibot gimana?!”

Ibu diam. Kami tak bisa bawa Jibot karena di kontrakan baru tidak boleh pelihara hewan.

Malam itu aku memeluk Jibot erat-erat. Aku bisikkan, “Maaf ya, Jibot… Rina harus pergi. Tapi kamu harus kuat. Aku janji… aku bakal kembali.”

Besok paginya, Jibot duduk di depan rumah. Dia menatapku dengan mata yang besar dan sedih.

Aku melambaikan tangan dari dalam mobil. Air mataku jatuh saat mobil perlahan menjauh.

Sejak hari itu, setiap malam aku membuka foto Jibot di ponselku. Aku selalu bilang dalam hati, “Jibot, kamu tetap sahabatku. Walau kita jauh, hatiku selalu di dekatmu.”

Dan di gang kecil itu, Jibot masih duduk menatap jalan, menunggu gadis kecil yang pernah memanggil namanya dengan penuh cinta.

“Karena sahabat sejati, meskipun terpisah, tak akan pernah melupakan.”

Jibot, Sahabat Sepanjang WaktuDi sebuah gang kecil di pinggiran kota, tinggal seekor kucing berbulu oranye terang bernam...
04/06/2025

Jibot, Sahabat Sepanjang Waktu

Di sebuah gang kecil di pinggiran kota, tinggal seekor kucing berbulu oranye terang bernama Jibot. Ia bukan kucing biasa—Jibot adalah sahabat setia milik seorang anak perempuan bernama Lina, yang tinggal hanya berdua dengan neneknya. Ayah dan ibunya telah pergi jauh bekerja di luar negeri, dan hanya bisa menelepon sesekali.

Jibot datang pertama kali saat hujan deras. Tubuhnya basah kuyup, menggigil di bawah bangku bambu depan rumah Lina. Tanpa pikir panjang, Lina membungkus Jibot dengan jaket sekolahnya dan membisikkan, “Mulai sekarang, kita sahabat ya…”

🧡 Yang kubutuhkan adalah sahabat, yang tak pandai berpura-pura…

Jibot tidak bisa berbicara, tapi ia selalu hadir di samping Lina—setiap Lina menangis karena rindu orang tuanya, setiap Lina pulang sekolah dengan wajah kecewa karena teman-temannya mengejek sepatu bolongnya, Jibot selalu ada, duduk di pangkuannya, menjilat pipinya, atau hanya memeluknya dengan ekor yang lembut.

💧 Aku hanyalah manusia yang memiliki kekurangan, terkadang melakukan kesalahan…

Pernah suatu hari, Lina memarahi Jibot karena tak sengaja menjatuhkan pot bunga peninggalan ibunya. Jibot lari ke luar rumah dan menghilang berhari-hari. Lina mencari ke mana-mana, memanggil di setiap sudut gang dengan suara gemetar. Tapi Jibot tak muncul.

☔ Tempat berteduh dari hujan, bagi hati yang terluka…

Hingga pada malam hujan berikutnya, Lina menemukan Jibot meringkuk kembali di bawah bangku bambu. Basah, kurus, tapi matanya tetap hangat. Lina memeluknya erat dan berjanji tak akan pernah mengusirnya lagi. “Maafkan aku, Jibot. Kamu satu-satunya tempatku pulang…”

💞 Teman di saat kesulitan, dan yang selalu bisa diandalkan…

Hari demi hari, Jibot dan Lina kembali tak terpisahkan. Saat Lina mulai menjual keripik buatan neneknya untuk membantu keuangan, Jibot ikut menemaninya duduk di emperan pasar, mengeong ceria pada pembeli.

Namun, waktu terus berjalan.

Nenek Lina meninggal dunia. Orang tua Lina tak bisa pulang. Dan akhirnya, Lina harus dibawa ke panti asuhan. Hari ia dijemput, Jibot tak boleh ikut. Lina memeluk Jibot erat, air mata tak terbendung. “Jibot… tunggu aku ya. Aku akan kembali…”

🌧️ Dalam segala cobaan, tetap bersama…

Sejak hari itu, Jibot selalu menunggu di bangku bambu itu. Setiap sore, meski perut kosong, ia duduk menghadap jalanan, menunggu langkah kecil Lina kembali.

Karena baginya, sahabat sejati… tak pernah benar-benar pergi.

🎉 Facebook mengenali saya sebagai kreator reel yang konsisten minggu ini!
04/06/2025

🎉 Facebook mengenali saya sebagai kreator reel yang konsisten minggu ini!

📱🐾 “Pesan Tengah Malam dari Jibot” 🐾📱(Cerita sedih yang mungkin bikin kamu ingat seseorang yang pernah kamu tunggu pesan...
04/06/2025

📱🐾 “Pesan Tengah Malam dari Jibot” 🐾📱

(Cerita sedih yang mungkin bikin kamu ingat seseorang yang pernah kamu tunggu pesannya…)

Sejak kecil, Mia dan Aldo selalu bersama. Main petak umpet, makan es krim bareng, bahkan merawat kucing oren yang mereka temukan di pinggir jalan—yang mereka beri nama Jibot.

Jibot tumbuh jadi kucing paling manja. Setiap malam, dia selalu ikut tidur di kaki Mia, mendengarkan semua curhatan tuannya. Tentang sekolah, tentang mimpi-mimpi Mia… dan tentang Aldo.

Yang Mia gak tahu, selama ini Aldo juga curhat ke Jibot. Tentang Mia. Tentang perasaannya yang dia simpan rapat-rapat karena takut kehilangan sahabat terbaiknya.

Sampai suatu malam… Aldo kirim pesan.
“Kalau aku bilang aku sayang kamu, kamu bakal marah nggak?”

Mia terdiam. Bingung. Takut. Dia peluk Jibot erat-erat dan bertanya,
“Gimana, Bot… aku harus jawab nggak? Gimana kalau semuanya berubah?”

Tapi Mia gak pernah balas.
Dan keesokan paginya… pesan itu sudah dihapus.
Dan mereka kembali seperti biasa. Seolah pesan itu cuma mimpi.
Seolah perasaan itu gak pernah ada.

Tahun-tahun berlalu.
Suatu hari, Mia menemukan kotak kayu tua di rak perpustakaan sekolah lama mereka.
Kotak itu milik Aldo.

Isinya… puluhan surat.
Semua ditulis untuk Mia.
Semua berisi kalimat yang tak pernah punya cukup keberanian untuk dikirim.
“Aku s**a kamu, Mi.”
“Maaf aku cuma bisa jadi sahabat.”
“Aku harap kamu bahagia, walau bukan sama aku.”

Air mata Mia jatuh.
Dia pulang, memeluk Jibot yang kini sudah tua.
Dan malam itu… Mia kirim pesan.

“Kalau aku bilang aku juga sayang kamu, kamu bakal percaya nggak?”

Balasannya datang lima menit kemudian:
“Selama ini aku nunggu pesan itu.

Kadang kita terlalu takut mengungkapkan rasa, sampai lupa: mungkin dia juga merasa hal yang sama.
Dan kadang… cuma seekor kucing lah saksi bisu dari cinta yang tak pernah terucap.

❤️ Siapa yang paling ngerti kamu selain sahabat dan kucingmu?

👇 Ceritakan di komentar, yuk.
🧡 Like kalau kamu pernah nunggu pesan tengah malam dari seseorang.
🔁 Share kalau cerita ini bikin kamu teringat seseorang.

Kesepian di Bawah Bangku TamanBandung masih berkabut saat mobil kecil itu melaju pelan menuruni jalanan D**o Atas. Di da...
02/06/2025

Kesepian di Bawah Bangku Taman

Bandung masih berkabut saat mobil kecil itu melaju pelan menuruni jalanan D**o Atas. Di dalamnya, seekor kucing berbulu oranye meringkuk tenang di pangkuan seorang perempuan muda. Namanya Jibot, kucing yang setia menemani setiap pagi si pemiliknya pergi bekerja. Hari ini pun tampak biasa—sama seperti hari-hari sebelumnya. Tapi ada yang berbeda.

Perempuan itu diam, matanya kosong menatap ke depan, seolah menyimpan perasaan yang tak sanggup ia ucapkan. Sesekali, tangannya mengelus lembut kepala Jibot, namun sorot matanya tak bahagia. Di spion tengah, Jibot bisa melihat air mata yang tertahan.

Mobil itu berhenti di sebuah taman tua yang teduh: Taman Lansia, salah satu sudut tenang di tengah kota Bandung. Perempuan itu membuka pintu, mengangkat tubuh Jibot yang masih setengah mengantuk, dan meletakkannya di rerumputan dekat bangku taman.

“Hei… kita ngapain di sini?” Jibot mengeong pelan, kepalanya miring kebingungan.

Namun sebelum sempat memahami apa yang terjadi, pintu mobil ditutup. Perempuan itu kembali ke dalam dan melaju pergi… tanpa menoleh sedikit pun.

Jibot terpaku.

Ia duduk di tempat yang sama, menatap arah mobil menghilang di antara dedaunan dan gerimis yang mulai turun perlahan. Ia menunggu. Sejam… dua jam… langit semakin gelap. Tapi suara langkah yang ditunggunya tak pernah datang.

Malam itu, Jibot meringkuk di bawah bangku taman. Hujan membuat bulunya lepek dan menggigil. Ia mengingat aroma rumah, hangatnya pelukan pemiliknya setiap malam, dan mangkuk makanannya yang selalu penuh. Kini, hanya rumput basah dan nyanyian jangkrik menemani kesepiannya.

“Apakah aku sudah tak diinginkan lagi?” pikir Jibot.

Hari berganti. Tubuh kecilnya mulai lemah. Setiap orang yang lewat hanya melirik, lalu berlalu. Tak ada tangan yang menyentuh, tak ada panggilan akrab yang ia kenal. Dunia yang dulu penuh cinta kini berubah asing.

Hingga suatu pagi, di sebuah jalan tua bernama Jalan Braga, nasib Jibot berubah.

Seorang nenek tua duduk di bangku trotoar dengan tas belanja plastik di tangannya. Ia melihat seekor kucing oranye berjalan tertatih mendekat, matanya sayu, langkahnya lemah.

“Oh, nak… kamu kenapa sendirian?” gumam si nenek pelan sambil berjongkok.

Tangan tuanya meraih tubuh Jibot yang dingin dan kurus, lalu memeluknya dengan penuh kasih. Jibot, untuk pertama kalinya setelah sekian malam, merasa hangat. Ia tak lagi sendiri.

Di pelukan itu, Jibot menemukan cinta yang baru. Bukan dari seseorang yang pernah ia kenal, tapi dari hati yang tulus… yang tak pernah berniat meninggalkan.

Pesan Cerita:

Jangan pernah tinggalkan hewan peliharaanmu. Karena mereka tidak tahu caranya berhenti mencintaimu, bahkan setelah kamu membuang mereka.

“Jibot dan Dompi: Persahabatan yang Tak Terlupakan”Sejak kecil, Jibot si kucing oren dan Dompi si kambing jantan tumbuh ...
02/06/2025

“Jibot dan Dompi: Persahabatan yang Tak Terlupakan”

Sejak kecil, Jibot si kucing oren dan Dompi si kambing jantan tumbuh bersama di sebuah rumah kecil milik keluarga Mia, di pinggiran kota Bandung. Keduanya bukan teman biasa—mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.

Jibot, dengan bulunya yang jingga mengilap dan ekor yang selalu bergoyang ceria, sering terlihat tidur siang di punggung Dompi. Dompi yang tenang dan bersahaja, selalu membiarkan Jibot naik ke punggungnya sambil memamah rumput di halaman belakang. Saat hujan turun, mereka akan berlari ke bawah terpal tua, saling menempel untuk menghangatkan tubuh.

Mia, gadis pemilik mereka, kerap tersenyum melihat tingkah dua sahabat itu. “Kayak duo kartun,” katanya suatu kali sambil merekam video mereka dan mengunggahnya ke media sosial.

Hari-hari mereka berjalan seperti biasa. Bermain kejar-kejaran, tidur berdempetan, saling menunggu saat makan. Tak ada yang menyangka, hari itu akan datang.

Lebaran Idul Adha makin dekat. Suatu pagi, Mia duduk termenung di depan kandang Dompi. Wajahnya murung, matanya sembab. Jibot, seperti biasa, melompat dan duduk di samping Dompi, mengeong lembut.

“Jibot…” bisik Mia pelan, mengelus kepala kucing itu, “besok… Dompi akan dikurbankan.”

Jibot hanya menatap Mia dengan mata bundar polosnya. Ia tak tahu apa arti kata kurban. Yang ia tahu, Dompi adalah rumah, teman, dan dunianya. Mereka selalu bersama. Tak pernah terpisah lebih dari beberapa menit.

Malam sebelum Idul Adha, Jibot tidur erat di kaki Dompi. Mia tak tega memisahkan mereka. Suasana rumah hening, sepi seperti menyimpan tangis.

Pagi itu, suara takbir menggema dari masjid. Orang-orang datang ke rumah Mia. Dompi terlihat tenang. Seakan mengerti bahwa ini adalah akhir dari kebersamaannya dengan sahabat kecilnya. Ia tak melawan saat Mia memeluknya untuk terakhir kali.

“Maaf ya, Dompi… ini bukan karena kami tak sayang,” bisik Mia di telinganya.

Jibot mengeong keras, mengejar langkah para lelaki yang membawa Dompi keluar gerbang. Ia melompat, mencakar angin, mencoba meraih sahabatnya. Tapi pintu tertutup. Dan suara kambing kesayangannya, perlahan memudar…

Hari-hari setelah itu tak lagi sama. Jibot menunggu di depan kandang kosong, tidur di atas rumput yang dulu diinjak Dompi, mengeong panjang saat hujan turun.

Mia pun kerap menangis diam-diam. Tapi ia tahu, Dompi telah menjadi bagian dari kebaikan yang lebih besar. Dompi telah menjadi kurban—sebuah tanda cinta kepada Tuhan dan sesama.

Waktu berlalu, tapi Jibot tak pernah melupakan Dompi. Kadang Mia membawakan rumput segar dan menaruhnya di bekas kandang, lalu duduk di samping Jibot sambil berbisik, “Kalau kamu bisa bicara, pasti kamu juga bilang rindu, ya?”

Dan Jibot hanya diam, matanya menatap kosong ke langit.

Persahabatan mereka tak diukur oleh waktu. Meski Dompi telah tiada, jejaknya tertinggal dalam hati seekor kucing kecil yang kini belajar bahwa cinta sejati kadang juga berarti… merelakan.


Address

Bogor

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kucing Lucu posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Kucing Lucu:

Share