Cerita Si Jibot

Cerita Si Jibot Cerita Si Jibot
Kucing oren, tingkah random, nasib dramatis. Kadang jadi pahlawan, kadang cuma rebahan.

Scroll terus, ketawa terus — tapi siapin tisu juga!

Jangan Lupa Di Follow Ya ..
29/09/2025

Jangan Lupa Di Follow Ya ..

Sampai Ketemu lagi ya..
28/09/2025

Sampai Ketemu lagi ya..

Besok Senin 😂
28/09/2025

Besok Senin 😂

Jibooooot.. 😅
28/09/2025

Jibooooot.. 😅

Terima kasih banyak kepadaNur Betty, Sitti Sarah, Senja, Wiwiek Poenk ArtFlashion, Yulya Dewi Nata, Viola Viola, Dewi As...
28/09/2025

Terima kasih banyak kepada

Nur Betty, Sitti Sarah, Senja, Wiwiek Poenk ArtFlashion, Yulya Dewi Nata, Viola Viola, Dewi Asther Marlina, Sri Utami, Iman Surya, Lia, Wahyun, Han's Widya, Daisy Disi, Lilik Indayani, Sulastri Astri, Martianus Kumpa, Cdi Wongtulus Tulus, Vivi Anastasya, Xnx Xnx, WM Mahesa, Fatimatus Didit, Yopiipoy, Ucu Herdiansyah, Sovia Sovia, Zulaika Dan Fitri, Rahmat Ajh, Kartika Kosasih, Muhammad Efindi Saupi, Sri Ningsih, Bang Lii, Senja Senja Kelabu, Evi 'khey' Sugeha, Dwhiena Puspa, Iyen Silfia Silfia, Dn Ningrum, A'di Supriyadi, Nia Yougo, Widyarini, Nayz Caiianxbundha, Mawar Tak Berduri, Nurida Fitriani, Sriwahyuni Wahyuni, Monica Silvia, Sri Ramadeni, Yulianti, Mamat Oyek Mat Oyek, Timai Maxis, Emy Indah, Kemonardi Supriyadi

untuk semua dukungan kalian! Selamat sudah menjadi penggemar berat dalam streak 🔥!

Terima kasih telah menjadi orang yang paling banyak berinteraksi dan masuk ke daftar interaksi mingguan saya! 🎉Dwhiena P...
28/09/2025

Terima kasih telah menjadi orang yang paling banyak berinteraksi dan masuk ke daftar interaksi mingguan saya! 🎉

Dwhiena Puspa, Mas Taufik, Ddx Starla Bbg Arya, Andri Aza, Andutz Rusianto, Yuniasih Djuandi, Nursiah Tadjuddin Makkawaru, Nelly Nelly, Ariesta Addie Adie, Erwin Sahputra

Ikan Bikin Gemes 😆
27/09/2025

Ikan Bikin Gemes 😆

Diam-Diam Bersama JibotNamaku Laila. Aku seorang istri dan ibu dari seorang anak laki-laki berusia 7 tahun. Hidupku tamp...
26/09/2025

Diam-Diam Bersama Jibot

Namaku Laila. Aku seorang istri dan ibu dari seorang anak laki-laki berusia 7 tahun. Hidupku tampak normal dari luar. Aku masih punya rumah, masih bisa memasak untuk keluarga kecilku, masih bisa tersenyum di depan tetangga. Tapi di dalam rumah ini, ada luka yang tak pernah bisa benar-benar sembuh.

Suamiku… sudah berkali-kali mengkhianatiku. Aku tahu. Dari aroma parfum asing yang menempel di bajunya, dari senyum-senyum kecilnya di depan ponsel, dari malam-malam ia p**ang terlalu larut. Awalnya aku marah, aku protes, aku menangis. Tapi lama-lama aku lelah. Semua kata-kata seperti habis. Yang tersisa hanya diam.

Meski begitu, aku tidak bisa begitu saja pergi. Aku masih punya anak. Aku tidak mau ia tumbuh tanpa ayah. Dan ada satu lagi alasan kecil yang membuatku masih bertahan: seekor kucing oren bernama Jibot.

Jibot dulu datang sebagai anak kucing kurus, mengeong lapar di depan pintu. Aku yang pertama kali memberinya makan, dan sejak itu ia tidak pernah pergi. Mungkin orang melihatnya hanya kucing, tapi bagiku ia teman yang paling setia.

Sering kali, setelah aku selesai membereskan rumah malam hari, aku duduk di ruang tamu. Air mataku jatuh tanpa bisa kutahan. Aku menutup wajahku agar anakku tidak mendengar tangisku. Dan di saat-saat seperti itu, Jibot selalu datang. Ia naik ke pangkuanku, menempelkan tubuh hangatnya, mendengkur pelan. Seolah berkata, “Aku di sini, jangan takut. Kamu tidak sendirian.”

Pernah suatu malam, anakku terbangun karena mimpi buruk. Aku langsung menggendongnya, menenangkannya dengan suara bergetar. Saat itu, Jibot ikut naik ke tempat tidur, melingkar di samping anakku. Aku tersenyum di antara air mata. “Terima kasih, Bot… kamu jaga kami ya.”

Hidupku mungkin penuh luka, penuh diam yang menyakitkan. Tapi aku masih bisa berdiri setiap pagi, menyiapkan sarapan untuk anakku, mengantar dia sekolah, lalu menunggu suamiku p**ang entah dengan wajah jujur atau wajah penuh dusta.

Yang membuatku tetap ada di sini bukan karena aku lemah. Tapi karena aku punya sesuatu yang lebih penting daripada sakit hatiku: anakku, dan seekor kucing oren yang selalu menemaniku di saat aku merasa runtuh.

Dan malam ini, sambil menatap Jibot yang tertidur di sofa, aku berkata pelan
terima kasih telah mendengarkan ceritaku. Adakah orang lain di dunia ini yang juga seperti aku?

Jibot, Penjaga di Malam SunyiAku tak pernah menyangka pernikahanku akan berakhir dengan kesepian yang getir.Dulu, saat p...
22/09/2025

Jibot, Penjaga di Malam Sunyi

Aku tak pernah menyangka pernikahanku akan berakhir dengan kesepian yang getir.
Dulu, saat pertama kali mengenalnya, aku yakin ia adalah jawaban dari doa-doaku. Senyumnya sederhana, caranya berbicara lembut, dan aku pikir dialah teman hidup yang bisa menemaniku sampai tua. Tapi waktu rupanya membuka wajah lain yang tak pernah kubayangkan.

Uang gajiku selalu di berikan semua, katanya untuk kebutuhan rumah tangga. Aku percaya. Tapi entah kenapa, tiap bulan rasanya selalu habis, dan aku tak pernah tahu kemana. Ia juga kerap pergi ke rumah orang tuanya, dengan alasan yang tak pernah jelas. Pulang selalu larut, atau bahkan tak p**ang sama sekali.

Lalu tubuhku mulai melemah. Sakit ini datang perlahan, membuatku sulit berdiri lama. Aku butuhnya di sisiku, tapi justru dia makin jauh. Saat kubilang aku ingin ditemani, jawabannya enteng:
“Kalau kamu sakit, p**ang aja ke rumah orang tua kamu. Aku nggak bisa terus-terusan ngurusin.”

Kalimat itu menghantamku lebih keras daripada rasa sakit di tubuh.

Malam-malamku panjang, terisi oleh suara batuk dan tubuh yang menggigil. Sampai suatu ketika, ada sesuatu—atau tepatnya, seseorang—yang datang begitu saja. Seekor kucing oren, bulunya kusut tapi matanya hangat. Ia duduk di depan pintu rumah kontrakan, menatapku lama.

“Apa kau tersesat?” tanyaku lirih. Tentu ia tak menjawab, tapi langkah kecilnya mendekat, lalu rebah di dekat kakiku.

Aku menamainya Jibot.
Entah dari mana ia datang, tapi sejak malam itu, ia tak pernah pergi.

Di saat aku kesepian, Jibot jadi peneman. Kalau aku merintih kesakitan, ia naik ke ranjang, menggesekkan tubuhnya ke lenganku, seolah berkata, bertahanlah. Kalau aku terlalu lelah untuk bangun, ia duduk di jendela, seperti penjaga yang tak kenal lelah.

Suatu malam, demamku naik tinggi. Aku tak sanggup bangun, tak ada air minum dalam jangkauan. Rasanya seperti terjebak di jurang sepi. Saat itu aku lihat Jibot melompat ke meja, menjatuhkan botol plastik kecil hingga menggelinding ke dekatku. Aku menangis—bukan karena sakit, tapi karena ada makhluk kecil yang lebih peduli darinya, istriku sendiri.

Hari berganti hari, dan aku sadar satu hal: kesepian memang menyakitkan, tapi tidak selamanya mematikan. Ada bentuk kasih yang tak selalu datang dari manusia—kadang ia hadir dari makhluk sederhana bernama Jibot.

Kini, aku tak lagi menunggu pintu diketuk oleh dia yang kusebut istri. Aku lebih tenang menunggu suara langkah kecil di lantai, cakar halus di kusen, atau dengkuran lembut Jibot di sampingku.

Karena pada akhirnya, yang membuat seseorang bertahan bukanlah siapa yang berjanji menemani, tapi siapa yang sungguh-sungguh ada.

Terima kasih banyak untuk penggemar berat baru saya! 💎Nur Betty, Bang Lii, Sitti Sarah, Senja, Yulya Dewi Nata, Viola Vi...
21/09/2025

Terima kasih banyak untuk penggemar berat baru saya! 💎

Nur Betty, Bang Lii, Sitti Sarah, Senja, Yulya Dewi Nata, Viola Viola, Dewi Asther Marlina, Sri Utami, Mawar Yang Indah, Iman Surya, Wiwiek Sulastri, Anto Anto, Lia, Wahyun, Lilis S, Han's Widya, Daisy Disi, Lilik Indayani, Sulastri Astri, Martianus Kumpa, Cdi Wongtulus Tulus, Xnx Xnx, WM Mahesa, Fatimatus Didit, Yopiipoy, Ucu Herdiansyah, Sovia Sovia, Zulaika Dan Fitri, Rahmat Ajh, Kartika Kosasih, Muhammad Efindi Saupi, Turiyah Turiyah, Naning Naning, Sri Ningsih, Zquidward Tzy, Senja Senja Kelabu, Evi 'khey' Sugeha, Dwhiena Puspa, Iyen Silfia Silfia, Dn Ningrum, Supriyanto Widodo, A'di Supriyadi, Titin Titin, Hasniah Hasniah, Widyarini, Nayz Caiianxbundha, Lestari Sri Tarie, Herul Muhtar, Mawar Tak Berduri

Beri komentar untuk menyambut mereka di komunitas kita, berat

“Jibot, Si Oren yang Tak Pernah Pergi”Di sebuah gang kecil di Jakarta, ada seekor kucing oren bernama Jibot. Tubuhnya ge...
20/09/2025

“Jibot, Si Oren yang Tak Pernah Pergi”

Di sebuah gang kecil di Jakarta, ada seekor kucing oren bernama Jibot. Tubuhnya gempal, bulunya kusut, tapi matanya jernih sekali—seolah menyimpan cerita yang orang lain tak tahu.

Jibot bukan kucing rumahan. Ia kucing kampung, yang tidur kadang di emperan warung, kadang di bawah kursi plastik, atau sekadar di atas kap motor orang. Meski begitu, ada satu rumah yang selalu ia datangi: rumah Mbak Rani, seorang perempuan yang baru saja bercerai dan tinggal sendirian.

Awalnya, Mbak Rani sering mengusir Jibot.
“Pergi sana, Jibot! Jangan ngerecokin!” katanya sambil menyapukan sapu lidi.
Tapi anehnya, Jibot selalu kembali. Kadang duduk di depan pintu, kadang cuma tidur di karpet jemuran.

Lama-lama, Mbak Rani menyerah.
“Yaudah deh… asal jangan nakal,” gumamnya.

Hari-hari berlalu, dan Jibot jadi teman setia Mbak Rani. Saat Rani p**ang kerja dengan mata bengkak habis nangis, Jibot duduk diam di sampingnya. Saat malam terasa sepi, Jibot tidur di dekat pintu, seolah menjaga.

Tetangga-tetangga bilang,
“Rani tuh kasian, abis ditinggal suami, hidupnya sama kucing doang.”
Tapi Rani tidak peduli. Entah kenapa, sejak ada Jibot, ia merasa tidak sepenuhnya sendirian.

Sampai suatu hari… Jibot menghilang.
Tiga hari, empat hari, seminggu—tidak ada kabar. Rani resah, tiap sore ia manggil,
“Jibot… Jiiiboot…”
Tapi tak ada jawaban.

Rani baru sadar, ternyata ia benar-benar butuh Jibot. Kucing yang dulu ia usir, justru jadi makhluk yang ia rindukan setengah mati.

Lalu di malam ke-10, terdengar suara lemah di depan pintu. Rani berlari, dan di sana Jibot berdiri pincang, bulunya kotor, perutnya sobek bekas digaruk kucing lain.

Tanpa pikir panjang, Rani membawanya ke klinik hewan. Ia bahkan rela pakai sisa uang belanjanya. Saat dokter menjahit luka Jibot, air mata Rani jatuh begitu saja.

“Bodoh ya, Bot. Aku dulu nggak mau deket sama kamu… padahal kamu satu-satunya yang nggak pernah pergi ninggalin aku.”

Sejak hari itu, Jibot tidak lagi dianggap kucing liar. Ia resmi jadi keluarga. Ada piring makan khusus, ada bantal kecil di samping ranjang, bahkan ada nama lengkapnya: “Jibot Rani.”

Dan entah kebetulan atau tidak, sejak hari itu p**a Rani tidak pernah merasa benar-benar sendirian lagi.

✨ Kadang, makhluk yang kita anggap sepele justru diam-diam menjaga hati kita dari hancur. Seperti Jibot, kucing oren gendut yang mengajarkan arti p**ang.

Address

Bogor

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Cerita Si Jibot posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Cerita Si Jibot:

Share